SERING berbuat onar dan tak jarang aksinya memakan korban jiwa. Lalu, mengapa KKB di Papua sulit ditumpas? Berikut beberapa alasannya!
Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua kembali memakan korban jiwa. Kali ini tercatat, 8 pekerja Palapa Timur Telematika (PPT) tewas karena aksi keji dari KKB, pada Rabu 2 Maret 2022 lalu.
Setelah lima hari berlalu, ke delapan korban yang tewas baru bisa dievakuasi.Kekejaman KKB tak sekali dua kali, melansir laman kompas.tv, Kepala Penerangan Kodam (Kapendam) XVII/Cenderawasih Kolonel Inf Aqsha Erlangga mengungkap, setidaknya ada 24 aksi keji yang dilakukan kelompok separatis, sejak tahun 2018.
Berulang kali membuat onar, mengapa KKB di Papua sulit ditumpas?
3 Alasan KKB di Papua Sulit Ditumpas
Menurut pengamat intelejen, Ridlwan Habib yang kami lansir dari laman kompas.com, ada tiga alasan yang membuat KKB sulit di tumpas:
“Alasan pertama, yaitu adanya perlindungan tokoh lokal setempat kepada anggota KKB.
Ada beberapa oknum tokoh-tokoh kan yang sudah tertangkap, misalnya kemarin ada satu oknum pendeta ternyata menyuplai senjata untuk KKB.”
“Jadi ini problem juga, karena di sana masih ada oknum tokoh masyarakat adat yang masih melindungi orang-orang KKB itu, jadi makin susah untuk dikejar,” ungkap Ridlwan.
Situasi Geografis
Kemudian salah satunya karena situasi geografis di Papua.
Menurut Ridlwan, daya tempur KKB sebenarnya tidak luar biasa, tapi karena situasi geografis dan beberapa faktor lainnya, membuat mereka tampak lebih kuat.
“Jadi kemampuan tempur KKB itu sebenarnya biasa-biasa saja, tetapi karena situasi geografis di Papua, vegetasinya, kemudian hewan-hewan yang ada di sana, itu membuat mereka lebih kuat bertahan daripada pasukan pemukul dari TNI dan Polri yang mengejar,” tutur Ridlwan.
Ada Pelibatan Semua Unsur
Masih melansir laman kompas.com, lalu ketiga, alasan KKB di Papua sulit ditumpas karena faktor koordinasi antar lintas.
Menurutnya, perlu ada lingkup dalam satu wadah untuk mengkoordinir semua unsur, seperti TNI, Polri, BIN, dan pihak terkait lainnya.
“Nah ini koordinasinya saya kira memang perlu dilingkupi dalam satu wadah yang khusus, misalnya dulu kita ingat waktu operasi melawan Santoso. Waktu itu payungnya satu, yakni namanya Satgas Tinombala, jadi semua unsur itu ya cuma satu payung itu,” ujarnya.
Redaksi
Agus Gunawan
Kornas laporan